Sabtu, 09 Juni 2012

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

ABSTRAK
Nilai-nilai pancasila sangat diyakini dan diterapkan oleh masyarakat Indonesia pada masa awal mula lahirnya. Karena pancasila merupakan tonggak berdirinya suatu negara dan menjadi pegangan bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Pancasila mulanya sangat mengakar dalam kehidupan masyarakat, namun seiring perkembangan zaman, dasar negara tersebut telah jarang digunakan. Nilai-nilai pengamalan pancasila mulai hilang dalam masyarakat dan dalam proses ketatanegaraan dan berbangsa. Dalam segi budaya, saat ini masyarakat lebih berkiblat pada budaya barat dalam mencontoh pola hidup mereka. Sehingga nilai-nilai Pancasila yang ada luntur secara perlahan. Budaya-budaya barat mulai diterapkan oleh sebagian besar masyarakat khususnya kaum muda.
Bahkan pancasila mulai dianggap kuno, tidak gaul, terlalu kaku ataupun tidak gaul. Hal ini sengaja dibuat oleh kelompok barat agar dapat melunturkan nilai pancasila yang ada di negara kita, sehingga masyarakat akan lebih dapat dikuasai dan mereka juga dapat menanamkan bibit-bibit kapitalisme.
Kaum muda saat ini lebih menyukai kebiasaan orang barat yang mengutamakan kesenangan mereka pribadi seperti berpesta pora, dugem, narkoba, ataupun sex bebas. Hal ini tentu saja sangat brtentangan dengan budaya di negara kita. Tanpa disadari mereka telah terbawa arus budaya barat yang akan menghancurkan moral dan ideologinya sendiri.
Harus kita akui, bahwa dari semua kejadian tersebut adalah karena penanaman nilai-nilai pancasila yang terlalu kaku dan pasif sehingga terlalu mudah luntur karena perkembangan jaman yang ada. Penurunan ini juga disebabkan karena adanya pengikisan secara sistematis yang berdasar pada kebijakan pemerintah yang telah ada.
Selain itu, nilai-nilai pancasila juga telah luntur karena adanya penurunan sikap nasionalisme dari masyarakat. Tidak adanya sikap tenggang rasa, saling menghormati antar umat beragama ataupun atar masyarakat itu sendiri menjadi penyebab hilangnya nilai-nilai pancasila yang ada di masyarakat.
Merebaknya konflik-konflik yang adai dimasyarakat bisa desebabkan karena faktor keluarga, lingkungan, karena sistem pendidikan yang salah, atau juga karena pemahaman agama yang keliru.
Dalam keluarga misalnya, sikap keluarga terutama orang tua dan lingkungan sekitar yang tidak menunjukkan sikap nasionalisme dan tidak menunjukkan nilai-nilai pancasila yang ada, akan dapat ditiru oleh anak-anak mereka. padahal seorang anak merupakan peniru terhadapa lingkungan sekitarnya. Jika seorang anak tidak dibiasakan bersikap nasionalisme, maka ia juga akan acuh terhadap nilai-nilai pancasila.
Dalam sistem pendidikan, biasanya guru hanya memberikan ceramah tentang arti dari pancasila tersebut dan hanya menjelaskan bagaimana nilai-nilai pancasila tersebut dijalankan. Tetapi mereka tidak mencontohkan dan mempraktekkan bagaimana nilai-nilai pancasila tersebut dijalankan di lingkungan sekolah, ataupun di lingkungan sekitar mereka.
Dalam hal pemahaman agama, setiap agama akan diajarkan mana yang harus dipatuhi dan mana yang harus dijauhi. Akan tetapi ada seglintir orang yang terlalu fanatik dengan suatu agama tersebut. Sehingga menyebabkan pola pikirnya menjadi salah akan agama yang ia anut.hal-hal yang dilarang oleh agamanya akan menjadi halal baginya karena baginya ia berjihad dan telah berada dijalan yang benar. Padahal yang ia lakukan justru malah mencoreng agamanya sendiri dimata penganut sesama agamanya maupun penganut agama lain.
Seharusnya lewat pendidikan pancasila yang seacara efektif dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat, khususnya kaum muda. Langkah yang bisa kita lakukan salah satunya adalah menjadikan pancasila bukan hanya sebagai mata pelajaran atau mata kuliah tersendiri, melainkan bagaimana pancasila itu dapat merasuk kedalam semua mata pelajaran atau mata kuliah selain pancasila. Sebagai contoh, misalnya dalam pelajaran agama, kita juga harus menanamkan nilai-nilai pancasila yang ada agar dapat menyeimbangkan antara kerohanian dan moral.

BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
Pancasila didasarkan sebagai tonggak beririnya suatu Negara Republik Indonesia. Nilai-nilai luhur pancasila telah berkembang di Indonesia sejak lahirnya pancasila. maka Pancasila pun mengandung nilai moral dalam dirinya, Nilai-nilai Pancasila dinungkapkan kedalam 2 hal yaitu:
1. Mempunyai kedudukan nilai, norma, dan moral dalam masyarakat.
2. Nilai-nilai Pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia

Namun, saat ini banyak sekali masyarakat yang mengabaikan itu semua. Nilai, norma, bahkan moral bangsa ini sudah hampir hilang. Banyaknya pembunuhan, pemerkosaan, curanmur, tawuran pelajar, bahkan sampai pemboman sering kali muncul di Negara kita. Masyarakat, terutama sebagian kam muda sudah mulai mengabaikan nilai-nilai luhur pancasila yang telah ada. Mereka justru lebih mementingkan emosi dan pengaruh oleh lingkungan sekitar.
Tentu saja ini menjadi ancaman besar bagi Negara kita. Tidak ada tenggang rasa, saling menghargai, dan saling menghormati antar masyarakat. Bagaimana bangsa ini bisa maju jika antar masyarakat saja tidak menunjukkan sikap cinta terhadap bangsa sendiri.
Pengaruh budaya luar juga sangat mempengaruhi nilai-nilai yang ada pada pancasila. Misalnya tentang produksi luar negeri yang lebih banyak diminati oleh masyarakat. Tentang cara berpakaian yang terlalu terbuka juga banyak dicontoh oleh masyarakat Indonesia. Padahal hal tersebut bertolak belakang dengan budaya di Indonesia yang lebih mengutamakan sopan santun.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang menyebabkan hilangnya nilai-nilai Pancasila yang ada didalam masyarakat ?
2. Bagaimana cara mengatasi agar nilai-nilai pancasila dalam masyarakat tumbuh kembali ?
3. Apakah budaya barat terlalu mendominasi di kalangan masyarakat terutama kaum muda di Indonesia ?

BAB II
PENDEKATAN SECARA SOSIOLOGIS
Terdapat tiga pendekatan dalam mengkaji nilai pancasila di dalam kehidupan Negara Indonesia. Pertama adalah pendekatan historis, kedua pendekatan yuridis, terakhir adalah pendekatan sosiologis. Pendekatan historis yaitu pendekatan yang menggunakan nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Sedangkan pendekatan yuridis yaitu lebih mengedepankan tatanan hukum untuk mengkaji nilai-nilai Pancasila yang ada di dalam masyarakat. Pendekatan sosiologis menggunakan keseharian yang ada di dalam masyarakat untuk mengkaji nilai-nilai Pancasila.
Pendekatan yang paling cocok untuk membahas masalah hilangnya nilai Pancasila dalam masyarakat adalah pendekatan sosiologis. Karena pluralisme yang ada di masyarakat Indonesia membuat pendekatan ini dapat lebih digunakan untuk mengkaji masalah tersebut. Pendekatan sosiologis menggunakan masyarakat sebagai objek pengkajian. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan nilai Pancasila dapat menjadi objeknya. Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, RAS, agama, budaya, serta adat istiadat menjadi suatu kekayaan tersendiri bagi Negara Indonesia sendiri. Adanya hal tersebut juga dapat menjadi suatu ciri khas Indonesia dengan berbagai adat budaya.
Masyarakat Indonesia yang terkenal dengan sifat sosialnya dan perlakuan adil terhadap sesama merupakan salah satu ciri yang dapat dikaji dengan pendekatan sosiologis ini. Budaya Indonesia yang merupakan budaya ketimuran dilihat dengan adanya budaya masyarakat untuk bergotong royong, kegiatan kemasyarakatan seperti selamatan, arisan, dan lain sebagainya. Hal tersebut juga dapat menjadi salah satu tolok ukur dalam pendekatan sosiologis ini.

PEMBAHASAN
Hilangnya nilai-nilai pancasila yang ada dalam masyarakat disebabkan karena tidak adanya rasa persatuan antar masyarakat itu sendiri. Tidak ada sikap tenggang rasa, dan saling menghormati antar masyarakat sehingga seringkali terjadi perpecahan.
Contoh persoalan pertama adalah kehidupan antar umat beragama yang semakin rapuh. Antar agama saling mengunggulkan agamanya masing-masing. Dalam hal ini, khususnya agama islam, para teroris mengebom gereja. Dengan begitu pemeluk agama islam akan merasa sangat malu terhadap sesama pemeluk agamanya dan bahkan malu terhadap pemeluk agama lain. Karena hal ini sangat melecehkan dan menurunkan nama baik islam dimata agama lain.
Seharusnya kita memiliki sikap saling menghormati antar pemeluk agama. Hal tersebut dapat diciptakan dengan adanya arisan warga, adanya gotong royong membersihkan kampung, acara bakti social kepada fakir miskin dan anak terlantar. Dengan begitu komunikasi antar warga dapat berjalan baik, dan antar pemeluk agama juga membawa image agama yang ia punya dengan baik.
Contoh persoalan yang kedua adalah maraknya aksi tawuran pelajar. Dalam pendidikan diajarkan bahwa antar siswa harus memiliki sikap saling menghargai kepada siswa lain. Namun justru banyak siswa yang melecehkan siswa sekolah lain. Dan jika salah seorang tidak terima, maka teman-temannya juga ikut tidak terima. Dan menyebabkan banyak siswa menyerbu siswa yang ada di sekolah lain. Timbullah tawuran pelajar yang bahkan ada yang sampai meninggal hanya karena dipukuli. Hal ini sangat mencoreng nilai-nilai pancasila yang ada.
Bagaimana kita mengatasi semua ini ?dalam dunia pendidikan, guru sangat berperan penting dalam mengajarkan setiap siswanya untuk dapat menjalankan nilai-nilai pancasila dengan baik. Dalam menghadapi lingkungan sekitarnya, siswa didorong untuk membuat hubungan yang bermakna melalui budinya, yang menilai benda-benda serta kejadian yang beraneka ragam, dipilihnya apa yang menjadi tujuan dari dirinya.
Keluarga juga berperan penting dalam mengwasi setiap anaknya agar tidak terjerumus kedalam hal-hal yang negative. Misalnya mengontrol siapa teman dekat anaknya, atau mengawasi kegiatan apa yang mereka lakukan disekolah maupun diluar sekolah.
Bagaimana cara kita mengatasi agar nilai-nilai pancasila dapat tumbuh kembali ?pertama kita harus memulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Harus ada kesadaran dalam diri kita untuk menunjukkan sikap cinta terhadap tanah air dan manjunjung tinggi nilai-nilai pancasila yang ada. Dalam kehidupan beragama, kita harus menunjukkan sikap toleransi kita kepada pemeluk agama lain, menghargai dan menghormati kepercayaan mereka, tidak saling melecehkan dan saling mengunggulkan agamanya yang bisa menyebabkan perpecahan.
Dalam bermasyarakat, kita harus menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. Mengembangkan sikap tenggang rasa atau menghargai agar antar masyarakat dapat menjalin komunikasi dengan baik dan dapat menciptakan ketentraman dalam masyarakat.
Budaya barat yang telah merebak luas pada kalangan masyarakat disekitar kita telah membawa dampak negative pada bangsa ini. Cara pemikiran dan pola pikir yang bertolak belakang justru banyak ditiru oleh masyarakat khususnya kaum muda. Kebiasaan hidup mewah, berfoya foya, dugem, narkoba, hingga sex bebas banyak dilakukan oleh mereka tanpa memandang hal tersebut melunturkan nilai-nilai pancasila yang ada di negara kita.
Padahal tanpa disadari hal tersebut justru akan melunturkan ideologi mereka sendiri dan akan berdampak pada negara. Karena mereka tidak menjalankan nilai-nilai pancasila yang akan merobohkan nasionalisme bangsa ini.
Dalam cara berpakaian., orang barat memakai pakaina yang terbuka, itu tidak masalah bagi mereka. namun di Indonesia hal tersebut menjadi tidak enak dipandang karena tidak sesuai dengan ideologi yang ada. Kita lebih mengutamakan sopan santun dan tidak terbuka dalam cara berpakaian.
Jangan terlalu berkiblat pada kebudayaan barat yang bertolak belakang dengan kebudayaan di negaraa kita. Kita haruspintar pintar memilih dan memilah mana yang dapat kita terima dan mana yang tidak boleh kita tiru.

research.amikom.ac.id/index.php/STI/article/download/5284/4540

Pancasila Sebagai Alat Pemersatu Bangsa Tidak Lagi Menjadi Acuan

Serang,FESBUK BANTEN News (1/6) – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Untirta Movement Community (UMC), menggelar aksi refleksi peringatan hari lahirnya pancasila, yang jatuh pada 1 Juni 2012.Dalam aksinya mereka menilai, Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa tidak lagi menjadi acuan, bahkan sebagian masyarakat saat ini cenderung menganggap pancasila hanya sebagian simbol suatu negara.
Pantauan FBn,aksi yang digelar di depan kampus Untirta tersebut, sempat diwarnai penyandaraan kendaraan pembawa bahan bakar minyak (BBM).Bahkan sempat diwarnai kericuhan, serta menimbulkan kemacetan jalur sepanjang Jakarta Serang. Kemacetan sempat terjadi saat massa membakar ban dan menyandra, sebuah kendaraan pengangkut BBM dari arah Jakarta, dan berorasi atas mobil tersebut.
“Lunturnya nilai pancasila bisa kita saksikan dengan adanya kemerosotan moral, mental dan etika dalam bermasyarakat dan berbangsa,” ungkap Presiden UMC Mahendra, dalam aksinya, Jumat (1/5).
Mahendra juga mengatakan, penerapan ekonomi pancasila dinilai semakin relevan ditengah ketidakadilan, dalam sistem ekonomi nasional dan global saat ini. Pasalnya, dengan mengamalkan ekonomi dengan menganut pancasila, akan tercapai masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dan berdaulat.
“Dengan nilai pancasila yang saat ini mulai memprihatinkan, hendaknya masyarakat Indonesia, Banten pada umumnya harus melakukan empat hal yang dapat mengembalikan kemurnian nilai pancasila, seperti mengamalkan kemurnian pancasila sebagai ideologi negara dalam kehidupan berbangsa, mendesak elit politik dan pemerintah, untuk menjalankan roda kekuasaan sesuai dengan pancasila,”tuturnya.
Mahasiswa juga lanjut Mahe,mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan tegas, terhadap tindakan mneyimpang dari nilai-nilai pancasila yang sesungguhnya.
“Dan yang terakhir, kami juga mengimbau agar masyarakat meninggalkan kebiasaan lama, yang dilakukan oleh partai politik yaitu korupsi, kolusi dan nepotisme, karena perbuatan tersebut sangat bertentang dengan nilai pancasila,” tukas Mahe.(LLJ)

http://www.fesbukbantennews.com/2012/06/umc-pancasila-sebagai-alat-pemersatu-bangsa-tidak-lagi-menjadi-acuan/