Senin, 25 November 2013

Analisa Ragam Bahasa


A. Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa.

1. Ragam bahasa berdasarkan media
Berdasarkan media yang digunakan ragam bahasa dibedakan atas (1) ragam bahasa lisan: berpidato, berdiskusi, bertelepon, dan (2) ragam bahasa tulis.

1. Ragam Bahasa Lisan
1.     
Ragam bahasa Lisan ditandai dengan penggunaan lafal atau pengucapan, intonasi (lagu kalimat), kosa kata, penggunaan tata bahasa dalam pembentukan kata, dan penyusunan kalimat. Ragam bahasa lisan terdiri dari ragam bahasa lisan baku sejalan dengan ragam bahasa tulis baku, dan ragam bahasa lisan tidak baku (bahasa pergaulan).

Ragam bahasa lisan tidak baku ditandai dengan:

1. Kosa kata lebih menekankan pilihan kata yang tidak baku.
Misalnya:
Bini Pak Camat bina ibu-ibu bikin kerajinan dari bambu.

2. Bentuk kata bahasa lisan cenderung tidak menggunakan imbuhan (awalan, akhiran).
Misalnya:
Riana sedang masak nasi.
Arjuna sedang tulis skripsi.

3. Kalimat cenderung tanpa unsur yang lengkap (tanpa subjek, predikat, atau objek).
Misalnya:
Di sini akan membicarakan pertumbuhan ekonomi 2004.

2. Ragam Bahasa Tulis

Ragam bahasa tulis ditandai dengan kecermatan menggunakan ejaan dan tanda baca (yang secara tepat dapat melambangkan intonasi), kosa kata, penggunaan tata bahasa dalam pembentukan kata, penyusunan kalimat, paragraf, dan wacana.
Ragam ini menekankan penggunaan ragam bahasa baku, ejaan (EYD) yang baku, kosa kata yang baku, bentuk kata berimbuhan, dan kalimat yang lengkap secara gramatikal.

2. Ragam Bahasa berdasarkan Waktu

1. Ragam bahasa lama lazim digunakan dalam penulisan naskah-naskah lama (kuno).
2. Ragam bahasa baru (modern) ditandai dengan penggunaan kata-kata baru, Ejaan yang disempurnakan, dan mengekspresikan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, misalnya internet, jaringan, dan seluler.

3. Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan Komunikasi

a. Ragam Bahasa Ilmiah

Ragam bahasa ilmiah adalah sarana verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar. Ragam ini lazim digunakan untuk mengkomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah, misalnya dalam penulisan:
1. proposal kegiatan ilmiah, proposal penelitian.
2. laporan kegiatan yang berbentuk makalah, surat, artikel, naskah.
3. karya tulis ilmiah: skripsi, tesis, dan disertasi.
4. laporan rutin suatu pekerjaan yang berbentuk surat, artikel, maupun naskah.
5. laporan pertanggungjawaban: laporan kegiatan, laporan keuangan, laporan pemegang saham, laporan uji coba, laporan proyek, laporan evaluasi, laporan auditing, laporan penelitian.
6. laporan penelitian yang berbentuk: laporan analisis, laporan diskriptik, laporan rekomendasi, laporan deskriptif analisis.

Ciri-ciri ragam bahasa ilmiah

1. struktur kalimat jelas dan bermakna lugas
2. struktur wacana bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah
3. singkat, berisi analisis dan pembuktian menyajikan konsep secara lengkap.
4. cermat dalam menggunakan unsur baku istilah/kata, ejaan, bentuk kata, kalimat, paragraf, wacana.
5. cermat dan konsisten menggunakan penalaran dari penentuan topik, pendahuluan, deskripsi teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis sampai dengan kesimpulan dan saran.
6. menggunakan istilah khusus yang bersifat teknis dalam bidang ilmu tertentu
7. objektif dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum, menghindarkan bentuk persona dan ungkapan subjektif
8. konsisten dalam pembahasan topik, sudut pandang, pendahuluan, landasan teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis, sampai kesimpulan dan saran.

b. Ragam Bahasa Pidato

Ragam bahasa pidato dipengaruhi oleh: (1) tujuan (menghibur/rekreasi), memberitahu/instruksi, mengajak/persuasi), (2) situasi (resmi, stengah resmi, tidak resmi) (3) pendekatan isi pidato (pendekatan akademis (intelektual), pendekatan moral, pendekatan sosial).

1) Ragam Pidato Ilmiah
Pidato ilmiah terdiri beberapa jenis, antara lain: presentasi makalah ilmiah, presentasi skripsi, presentasi tesis, presentasi desertasi, dan pidato pengukuhan guru besar. Untuk mendapatkan hasil optimal, presenter ilmiah harus memperhatikan etika ilmiah, ketentuan lembaga, kemampuan personal, kemampuan teknis dan keunggulan perilaku.
 Etika Ilmiah:
1. menggunakan ragam bahasa ilmiah
2. menggunakan penalaran ilmiah
3. bersifat objektif, menggunakan kalimat yang terukur kebenarannya.
4. mematuhi aturan formal presentasi ilmiah
5. mempresentasikan seluruh materi (secara ringkas) sesuai dengan waktu yang ditentukan.
6. mengutip konsep, data, pendapat dengan menyebutkan sumbernya
7. menggunakan data yang relevan dengan pembuktian
8. tidak mempresentasikan materi di luar bahasan karya ilmiahnya
9. dapat menjawab pertanyaan pendengar (penguji) atas konsekuensi logis dari karya tulis ilmiahnya,
10. mencermati setiap pertanyaan atau respon pendengar (pengujinya).

2. Ketentuan lembaga (universitas):

1. mengikuti format penulisan sesuai dengan ketentuan lembaga/universitas.
2. mengikuti prosedur/aturan yang berlaku pada lembaga/universitas
3. mengikuti sistem yang berlaku pada lembaga/universitas.

 Kemampuan Personal
1. bersikap simpatik, sopan, dan hormat kepada pendengar (penguji),
2. bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukan kehebatan diri, rendah hati, dan tidak menunjukan kemampuan diri berlebihan,
3. hindarkan subjektivitas: aku, saya rasa, saya pikir, menurut saya. Gunakanlah: pengalaman membuktikan …, pengamatan membuktikan, uji coba menunjukan …, dan lain-lain.
4. Berpakaian sopan (pemakalah),
5. Berpakaian lengkap untuk ujian skripsi, tesis, disertasi,
6. Menunjukan sikap positif, serius, cermat, cendekia, dan percaya diri.

Kemampuan teknis
1. menganalisis data primer dan sekunder baik kualitatif maupun kuantitatif,
2. mengaplikasikan penggunaan data pustaka,
3. melengkapi pembuktian (sumber teori, buku atau foto kopi halaman yang dikutif jika buku asli tidak mungkin diperoleh (langka),
4. menggunakan sarana visual : LCD (komputer) dan infokus, OHP, peraga dan data (dokumen)
5. memvisualkan data pendukung: gambar, grafik, atau data lain yang relevan.

b. Ragam Pidato Resmi

Kata resmi mempunyai beberapa pengertian.
1. resmi karena situasinya, misalnya pidato kenegaraan oleh pejabat negara,
2. resmi karena kemuliaan isi dan situasinya, misalnya kotbah jumat di masjid.
3. resmi karena informasi dan kekidmatan situasi penyampaian dalam suatu upacara, misalnya pidato akad nikah/perkawinan.
4. resmi karena isi atau materi mengandung kebenaran universal dan disampaikan untuk mewakili suatu negara.

Ragam Bahasa Tulis Resmi

Ragam bahasa tulis remi ditandai oleh:
1. penyajian materi/pesan bersifat mulia dan kebenaran yang bersifat universal,
2. penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara eksplisit dan konsisten,
3. penggunaan bentuk lengkap, bentuk tidak disingkat,
4. penggunaan imbuhan secara eksplisit dan konsisten
5. penggunaan kata ganti resmi dan menghindari penggunaan kata ganti tidak resmi,
6. penggunaan pola frasa yang baku,
7. penggunaan ejaan yang baku pada bahasa tulis, dan lafal yang baku pada bahasa lisan,
8. tidak menggunakan unsur tidak baku, misalnya unsur kedaerahan dan asing.

Ragam bahasa Sastra
Ragam ini mengutamakan unsur-unsur keindahan seni, penulis cenderung menekankan gaya pengungkapan simbolik dangan memadukan unsur intrinsik dan ekstrinsik, misalnya dalam roman, novel, cerita pendek, dan lain-lain.

3. Ragam Bahasa Berita

Ragam bahasa berita lazim digunakan dalam pemberitaan: media elektronik (televisi, radio), media cetak (majalah, surat kabar), dan jurnal. Bahasa berita menyajikan fakta secara utuh dan objektif. Untuk menjamin objektivitas berita, penyaji perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. tidak menambah/mengurangi fakta yang disajikan,
2. tidak mengubah fakta berdasarkan pendapat penyaji,
3. tidak menambah tanggapan pribadi,
4. tidak memihak kepada siapapun, dan
5. tidak menggunakan perasaan suka atau tidak suka.

Laras Bahasa

Laras Bahasa adalah kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan fungsi pemakaian bahasa.
• Bahasa yang difungsikan untuk menulis karangan ilmiah disebut laras ilmiah.
• Bahasa yang difungsikan untuk karya sastra disebut laras sastra.

Keunggulan dan kelemahan berkomunikasi secara lisan dan Tulis

Cara Berkomunikasi Keunggulan Kelemahan Secara Lisan

Contoh kegiatan:

• Berbicara
• Berpidato
• Berdiskusi
• berdebat • berlangsung cepat
• sering dapat berlangsung tanpa alat bantu
• kesalahan dapat langsung dikoreksi
• dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka • tidak selalu mempunyai bukti autentik (mis. Rekaman)
• dasar hukumnya lemah
• sulit disajikan secara matang/bersih
• mudah dimanipulasi
Secara Tulis
Contoh kegiatan
• menulis surat
• menulis lapopran
• menulis artikel
• menulis makalah • mempunyai bukti autentik (berupa tulisan)
• dasar hukumnya kuat
• dapat disajikan lebih matang/bersih
• lebih sulit dimanipulasi • berlangsung lambat
• selalu memakai alat bantu
• kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi
• tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh

Bahasa Yang baik dan benar

1. Bahasa yang benar adalah bahasa dengan ragam formal yang taat pada kaidah bahasa baku. Contoh
• Bahasa yang dipakai oleh dosen pada waktu memberi kuliah
• Bahasa yang dipakai dalam rapat formal
• Vahasa dalam sidang pengadilan
• Bahasa dalam seminar ilmiah
• Bahasa dalam siaran berita RRI/TVRI dan media sejenisnya.

2. Bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang maknanya dapat dipahami dan sesuai dengan situasi pemakaianya serta tidak menyimpang dari kaidah bahasa baku.

Pemakaian Ragam Formal dan Ragam Nonformal

Ragam Nonfromal Lisan Ragam Formal Lisan
Dipakai untuk
• Berbicara sehari-hari di rumah
• Bergunjing
• Bercerita
• mengobrol Dipakai untuk
• berceramah ilmiah
• berpidato resmi
• berceramah ilmiah
• berpidato resmi
• diskusi formal
• berdebat resmi
Ragam Nonformal Tulis Ragam Formal Tulis
Dipakai untuk
• menulis surat kepada kerabat
• menulis surat kepada teman
• menulis surat kepada pacar
• menulis catatan harian Dipakai untuk
• menulis surat resmi
• menulis makalah, artikel
• menulis proposal
• menulis laporan formal

BAHASA BAKU(lisan, tulisan)
Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang paling betul” bagi sesuatu bahasa.
Keseragaman dalam bentuk berarti bahwa bahasa baku sudah dikodifikasikan, baik dari segi ejaan, peristilahan, maupun tata bahasa, walaupun kodifikasi bahasa itu tidaklah semestinya merupakan penyeragaman kode yang mutlak. Misalnya, dalam tatabahasa sudah ada rumus morfologi Melayu yang menetapkan bahwa konsonan kepada sesuatu kata dasar digugurkan apabila diberi awalan meN; umpamanya kasih menjadi mengasihi, dan ketat menjadi mengetatkan. Tetapi dengan masuknya kata asing yang mengandungi gugus konsonan pada awal kata, rumus tersebut diberi rumus tambahan, yaitu untuk kes tersebut, konsonan k tidak digugurkan apabila diberi awalan meNG; umpamanya kritik menjadi mengkritik.
Dari segi fungsi, bahasa baku dapat menjadi unsur penyatu, unsur pemisah dan pemberi prestij kerana:
* Unsur penyatu: digunakan oleh orang-orang daripada pelbagai daerah loghat;
* Unsur pemisah: memisahkan bentuk bahasa baku itu daripada loghat-loghat lain dalam bahasa itu dan
* Pemberi prestij: digunakan oleh segolongan orang dalam suasana tertentu, biasanya dalam urusan rasmi; umpamanya laporan, surat, surat pekeliling, borang, radio, televisyen, dan sebagainya.

Walau bagaimanapun, ketiga fungsi ini dianggap oleh Paul Garvin sebagai fungsi perlambangan.
CIRI-CIRI BAHASA BAKU :
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang
dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam
bahasa ini lazim digunakan dalam:
1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman- pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacan teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.
3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya.
Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan
pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan.
Penggunaan Kata-Kata Baku
Masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah
lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang
belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali
dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- cantik sekali – cantik banget
- lurus saja – lempeng saja
- masih kacau – masih sembraut
- uang – duit
- tidak mudah – enggak gampang
- diikat dengan kawat – diikat sama kawat
- bagaimana kabarnya – gimana kabarnya
Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan :
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafl daerah. Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- atap – atep
- menggunakan – menggaken
- pendidikan – pendidi’an
- kalaw – kalo,kalo’
- habis – abis
- dengan – dengen
- subuh – subueh
- senin – senen
- mantap – mantep
- pergi – pigi
- hilang – ilang
- dalam – dalem

Bahasa lisan adalah suatu bentuk komunikasi yang unik dijumpai pada manusia yang menggunakan kata-kata yang diturunkan dari kosakata yang besar (kurang lebih 10.000) bersama-sama dengan berbagai macam nama yang diucapkan melalui atau menggunakan organ mulut. Kata-kata yang terucap tersambung menjadi untaian frase dan kalimat yang dikelompokkan secara sintaktis. Kosa kata dan sintaks yang digunakan, bersama-sama dengan bunyi bahasa yang digunakannya membentuk jati diri bahasa tersebut sebagai bahasa alami.
Berdasarkan situasi dan pemakaian Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat. Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam
Struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu
masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) : 1. Tata Bahasa (Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata) a. Ragam bahasa lisan : Nia sedang baca surat kabar Ari mau nulis surat Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu. Mereka tinggal di Menteng. Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Saya akan tanyakan soal itu
b. Ragam bahasa Tulis : Nia sedangmembaca surat kabar Ari mau menulis surat Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu. Mereka bertempat tinggal di Menteng Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Akan saya tanyakan soal itu.
Kosa kata Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
 a. Ragam Lisan Ariani bilang kalau kita harus belajar Kita harus bikin karya tulis Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam Tulis Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar Kita harus membuat karya tulis. Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak. 4
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar. a. ragam standar, b. c. ragam nonstandar, ragam semi standar. Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14). Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan : a. topik yang sedang dibahas, b. hubungan antarpembicara, c. medium yang digunakan, d. lingkungan, atau e. situasi saat pembicaraan terjadi Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar : • penggunaan kata sapaan dan kata ganti, • penggunaan kata tertentu, • penggunaan imbuhan, • penggunaan kata sambung (konjungsi), dan • penggunaan fungsi yang lengkap. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue. Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan 5
Kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti. Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat. Contoh : (1) Ibu mengatakan, kita akan pergi besok (1a) Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok Pada contoh (1) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki contoh (1a) yang merupakan ragam standar. Contoh : (2) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu. (2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar. Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam
Kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.

 

Bahasa Indonesia Ragam Lisan Fungsional Bentuk Dan Pilihan Kata

Penulis: Yayah B. Lumintaintang, Titik Indiyastini, dan Wati Kurniawati
Ruang lingkup penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) kelayakan dari segi gramatikanya yang ditandai oleh deskripsi tentang tipe verba menurut perilaku sintaksisnya yang mencakupi (a) verba transitif, (b) verba taktransitif dan (c) verba berpreposisi, (2) kelayakan dari segi stilistik, yang mencakupi pemakaian bentuk dan pilihan kata dari ragam bahasa formal dan ragam bahasa tidak formal, (3) ketepatan pemakaian kata, (4) kecermatan pemakaian kata. Kerangka teori dalam penelitian ini merujuk pada konsep ragam bahasa fungsional yang mengacu antara lain pandangan Dittmar (1976), Samarin (1966), Greenfield (1972), Keraf (1988), dan Moeliono (1989).
Penelitian ini meupakan penelitian deskriptif dengan pemanfaatan metode pengumpulan data melalui teknik perekaman dan observasi secara langsung. Penelitian ini menyimpulkan dari segi pembentukan kata bahasa Indonesia ragam lisan fungsional memperlihatkan (a) temuan tingginya frekuensi pemakaian bentuk kata yang baku, (b) tingginya frekuensi pemakaian bentuk kata berverba transitif dan verba taktransitif berpelengkap. Dalam kaitan dengan pemilihan kata, bahasa Indonesia fungsional cenderung memakai atau memilih kata atau istilah yang baku, dan memperlihatkan bahwa bahwa topik pembicaraan yang tidak resmi. Pilihan kata bahasa Indonesia ragam lisan fungsional juga diwarnai oleh pemakaian majas dan majas yang paling frekuentif adalah majas perbandingan. Penggunaan majas ini cenderung tinggi pada topik pembicaraan yang tidak resmi. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa konstruksi kalimat dengan vokatif (konsituen tambahan yang berupa nomina atau frasa nominal yang menyatakan orang menjadi pemarkah atau marker ragam bahasa lisan fungsional.




1 komentar: